Indonesia adalah negara besar dan kaya sumber daya, hal ini terlihat dari setiap potensi yang dimiliki oleh setiap daerah di wilayah nusantara baik itu kekayaan alam atau manusianya. Kalimat klasik ini selalu terdengar baik di media, jalanan, sekolah, ruang kuliah maupun di sisi lain dari negeri ini. Bahkan kita berbangga dengan keadaan ini, hingga kita pun lupa bahwa ini hanyalah sebuah kalimat.
Ketika kita melihat keadaan nusantara secara umum, kalimat ini tidak salah. Namun, coba kita gunakan kaca pembesar untuk melihat keadaan secara rinci. Tampaknya kalimat ini tidak berguna, betapa banyak penduduknya yang masih dijerat kemiskinan, tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak, kelaparan bahkan jaminan untuk hidup hilang. Inilah nusantara sekarang, dimana kalimat diawal tidak berdampak positif bagi bangsa ini.
Tampaknya hal ini sudah menjamur hingga ke seluruh sisi di negeri ini, tak terkecuali sepak bola. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang berlimpah, luas wilayah yang besar namun prestasi sepak bola kita di tingkat “kecamatan” asia tenggara pun tak terdengar. Siapa yang salah entahlah, namun momentum kebangkitan sudah terlihat saat ini. Euforia sepak bola ketika piala AFF kemarin menjadi saksi betapa rindunya masyarakat kita akan permainan bola yang indah dan juga diiringi prestasi yang baik. Suporter kita telah dewasa dalam menyikapi kekalahan, kita tetap memberikan apresiasi yang baik kepada timnas garuda meskipun mereka gagal memberikan gelar kepada sang ibu pertiwi.
Semua aspek positif itu tampaknya akan menjadi sia-sia dengan keadaan setelahnya, PSSI yang disebut sebagai organisasi sepak bola Indonesia tampaknya “tidak pintar” dalam menangkap sinyal positif ini. Aspek politik masih dilibatkan dan kekuasaan adalah segalanya, arogansi tak diturunkan bahkan semakin terlihat konyol. Permainan ini sebenarnya sederhana hanya mengarahkan kulit bundar ke arah gawang lawan lalu ciptakan kehebohan setelahnya. Namun entahlah, hari ini permainan yang sederhana itu menjadi sangatlah rumit di negeri ini. Dimulai dari kisruh LPI, hingga pemilihan ketua umum PSSI saat ini semuanya menjadi aneh bahkan membingungkan. Semuanya berpendapat seolah-olah mereka malaikat, merasa benar dan marah bila disalahkan.
Kami tidak butuh debat retorika, kami hanya butuh permainan indah yang diiringi prestasi. Ijinkanlah kami berbangga menjadi bagian dari negeri ini, berikan kami motivasi untuk menjalani sulitnya hidup di negeri ini, suguhkan keindahan sepak bola kepada kami. Persetan dengan kekuasaan, bila dia hanya dijadikan untuk pemuas nafsu sebagian kalangan. Bila tak mampu, berjiwalah besar karena kita manusia yang diciptakan memiliki hati nurani. Ingat kita adalah bangsa timur, malu adalah salah satu bagian dari jiwa kita. Buktikan kepada kami jika kalian adalah bagian dari bangsa timur ini, karena kami yakin kalian adalah manusia sama seperti kami yang lainnya.
Bencana atau bukan entahlah, namun ini adalah pil pahit yang harus dihadapi oleh bangsa yang katanya kaya raya, entah siapa yang kaya ? semua atau hanya mereka saja.
BRAVO SEPAK BOLA INDONESIA !!!
Ketika kita melihat keadaan nusantara secara umum, kalimat ini tidak salah. Namun, coba kita gunakan kaca pembesar untuk melihat keadaan secara rinci. Tampaknya kalimat ini tidak berguna, betapa banyak penduduknya yang masih dijerat kemiskinan, tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak, kelaparan bahkan jaminan untuk hidup hilang. Inilah nusantara sekarang, dimana kalimat diawal tidak berdampak positif bagi bangsa ini.
Tampaknya hal ini sudah menjamur hingga ke seluruh sisi di negeri ini, tak terkecuali sepak bola. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang berlimpah, luas wilayah yang besar namun prestasi sepak bola kita di tingkat “kecamatan” asia tenggara pun tak terdengar. Siapa yang salah entahlah, namun momentum kebangkitan sudah terlihat saat ini. Euforia sepak bola ketika piala AFF kemarin menjadi saksi betapa rindunya masyarakat kita akan permainan bola yang indah dan juga diiringi prestasi yang baik. Suporter kita telah dewasa dalam menyikapi kekalahan, kita tetap memberikan apresiasi yang baik kepada timnas garuda meskipun mereka gagal memberikan gelar kepada sang ibu pertiwi.
Semua aspek positif itu tampaknya akan menjadi sia-sia dengan keadaan setelahnya, PSSI yang disebut sebagai organisasi sepak bola Indonesia tampaknya “tidak pintar” dalam menangkap sinyal positif ini. Aspek politik masih dilibatkan dan kekuasaan adalah segalanya, arogansi tak diturunkan bahkan semakin terlihat konyol. Permainan ini sebenarnya sederhana hanya mengarahkan kulit bundar ke arah gawang lawan lalu ciptakan kehebohan setelahnya. Namun entahlah, hari ini permainan yang sederhana itu menjadi sangatlah rumit di negeri ini. Dimulai dari kisruh LPI, hingga pemilihan ketua umum PSSI saat ini semuanya menjadi aneh bahkan membingungkan. Semuanya berpendapat seolah-olah mereka malaikat, merasa benar dan marah bila disalahkan.
Kami tidak butuh debat retorika, kami hanya butuh permainan indah yang diiringi prestasi. Ijinkanlah kami berbangga menjadi bagian dari negeri ini, berikan kami motivasi untuk menjalani sulitnya hidup di negeri ini, suguhkan keindahan sepak bola kepada kami. Persetan dengan kekuasaan, bila dia hanya dijadikan untuk pemuas nafsu sebagian kalangan. Bila tak mampu, berjiwalah besar karena kita manusia yang diciptakan memiliki hati nurani. Ingat kita adalah bangsa timur, malu adalah salah satu bagian dari jiwa kita. Buktikan kepada kami jika kalian adalah bagian dari bangsa timur ini, karena kami yakin kalian adalah manusia sama seperti kami yang lainnya.
Bencana atau bukan entahlah, namun ini adalah pil pahit yang harus dihadapi oleh bangsa yang katanya kaya raya, entah siapa yang kaya ? semua atau hanya mereka saja.
BRAVO SEPAK BOLA INDONESIA !!!
0 comments:
Posting Komentar