Searching...
27/08/12
19.37

Seberkas Cahaya Benderang ~ Kisah Masuk Islamnya Umar bin Al-Khaththab ra.

Sumber Google
Ketika bulan ramadhan lalu kita bisa menyaksikan sebuah tayangan serial di MNC TV yang menceritakan betapa luar biasanya Umar ra. menjadi seorang khalifah, dimana beliau menunjukkan sifat pemimpin yang sangat baik dan patut dicontoh oleh para pemimpin lainnya sehingga membawa umat muslim saat itu menjadi sebuah kekuatan baru dalam percaturan politik di dunia. 

Sifat-sifat Umar ra. yang ditampilkan dalam film tersebut adalah keras, tempramental namun memiliki hati yang lembut selembut butiran salju yang turun di saat musim dingin dan pemberani dalam memisahkan antara kebenaran dan kebathilan sehingga beliau mendapat julukan "Al-Faruq" dari Rasulullah SAW. 

Lalu, bagaimanakah proses seorang Umar ra. memeluk agama islam ?
Telah diketahui bersama bahwa sebelum beliau memeluk islam, Umar ra. adalah salah salah seorang kaum Quraisy yang sangat membenci agama ini, sampai-sampai beliau pernah berniat untuk membunuh Rasulullah SAW. Berikut ini akan saya kisahkan bagaimana Umar ra. untuk pertama kalinya memeluk agama islam dan dampak yang beliau berikan terhadap kaum muslimin saat itu.

Umar Bin Al-Khaththab ra. masuk islam pada bulan Dzulhijjah, tahun ke-6 kenabian. Keislaman beliau tidak lain disebabkan oleh doa Nabi SAW sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan menshahihkannya, "Ya Allah ! muliakanlah islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang lebih engkau cintai; Umar bin Al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam." dan ternyata yang lebih dicintai oleh Allah SWT adalah Umar ra.

Keislaman Umar ra. bermula dari suatu malam saat beliau bermalam di luar rumahnya, lalu pergi menuju Masjid Haram dan masuk ke dalam tirai Ka'bah. Saat itu, Nabi SAW sedang melakukan sholat dan membaca surat al-Haqqah. Ketika mendengarkan lantunan surat tersebut Umar ra. menjadi terkesan dan berkata "Aku berkata pada diriku: 'Demi Allah ! Benar, dia ini tukang sya'ir sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy !.' Lalu Rasul SAW membaca ayat, "Sesungguhnya Al-Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya')." (al-Haqqah: 40,41) Kemudian Umar ra. berkata kembali kepada dirinya sendiri, "Kalau begitu, dia tukang tenung." Lalu beliau meneruskan bacaannya, "Dan, bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam'..." hingga akhir surat tersebut. Maka ketika itulah islam mulai memasuki jiwa Umar ra. Namun, sifat sentimentil Jahiliyyah dan fanatisme terhadap tradisi serta kebanggaan akan agama nenek moyang justru mengalahkan perasaan yang mulai masuk ke dalam dirinya, sehingga beliau masih bersikeras untuk melawan kaum muslim pada saat itu.

Salah satu bukti nyata sifat keras pada wataknya adalah suatu ketika beliau bertemu dengan salah seorang bangsa arab dan orang tersebut bertanya, "Hendak kemana engkau wahai Umar ?." Lalu dia menjawab, "Ingin membunuh Muhammad." Orang tersebut bertanya kembali, "Kalau Muhammad engkau bunuh, bagaimana engkau akan merasa aman dari kejaran Bani Hasyim dan Bani Zahrah ?." Umar menjawab, "Aku rasa engkau telah menjadi penganut agama baru dan telah keluar dari agamamu." Orang itu berkata kepadanya, "Maukah aku tunjukkan kepadamu yang lebih mengejutkanmu lagi, wahai Umar ? Sesungguhnya  adik perempuan dan iparmu juga telah menjadi penganut agama baru dan meninggalkan agama yang sekarang engkau peluk!." 

Mendengar perkataan orang tersebut, Umar ra. segera berangkat mencari kedua orang tersebut dan ketika menjumpainya ternyata mereka berdua sedang bersama Khabbab bin al-Arrat yang sedang membawa shahifah (lembaran Al-Quran) bertuliskan surat Thaha dan membacakan untuk keduanya. Ketika Khabbab mendengar langkah Umar, dia menyelinap ke bagian belakang rumah sedangkan adik perempuan Umar menutupi shahifah tersebut. Namun, ketika sudah mendekati rumah Umar telah mendengarkan Khabbab mebacakan ayat untuk mereka berdua, sehingga ketika dia masuk langsung bertanya, "Apa gerangan suara bisik-bisik yang aku dengar dari kalian ?." Lalu keduanya menjawab, "Tidak apa-apa, hanya sekedar perbincangan diantara kami." Umar kembali berkata, "Tampaknya kalian sudah menjadi penganut agama baru." Iparnya berkata, "Wahai, Umar ! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamu ?." Mendengar perkataan itu, Umar langsung melompat ke arah iparnya lalu menginjak-injaknya dengan keras. Lantas adik perempuannya datang dan mengangkat suaminya menjauh darinya namun dia justru ditampar oleh Umar sehingga darah mengalir dari wajahnya. Kemudian adik perempuan Umar berkata dengan penuh kemarahan "Wahai Umar ! Jika kebenaran ada selain pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang hendak disembah) selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Ketika Umar ra. merasa telah berputus asa dan menyaksikan kondisi adiknya yang telah berdarah, dia menyesal dan merasa malu, lalu berkata, "Berikan tulisan yang berada di tangan kalian agar aku dapat membacanya !." Saudaranya itu kemudian berkata, "Sesungguhnya engkau itu najis, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci. Bangkit dan mandilah dulu !." Lalu, Umar pun bangkit   dan mandi, setelah itu, dia membaca tulisan tersebut, "Bismillahirrahmanirrahim." Dia bergumam, "Sesungguhnya nama-nama yang baik dan suci." Kemudian dilanjutkan membaca surat Thaha hingga sampai pada ayat yang artinya, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatkan Aku." (Thaha: 14).

Setelah membaca surat tersebut Umar Ra. berkata, "Alangkah indah dan mulianya Kalam ini, kalau begitu tolong bawa aku kehadapan Muhammad !." Setelah mendengar kata tersebut dari Umar ra., Khabbab segera keluar dari persembunyian seraya berkata, "Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah SAW pada malam Kamis "Ya Allah ! muliakanlah islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang lebih engkau cintai; Umar bin Al-Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam."

Di tempat yang lain, Rasulullah SAW saat itu sedang berada di rumah yang terletak di kaki bukit Shafa, Umar Ra. setelah itu mengambil pedang sambil menghunuskannya, kemudian berangkat hingga berada di rumah Rasulullah SAW. Setelah sampai, dia mengetuk pintu, tak lama kemudian sahabat yang menjaga pintu mengintip dari celah-celah pintu tersebut dan melihat Umar ra. menghunus pedangnya. Kemudian sahabat tersebut memberitahukan informasi ini kepada Rasulullah SAW, sedangkan para sahabatnya bersiaga penuh mengantisipasi kemungkinan buruk terjadi. Melihat keadaan seperti ini Hamzah Bin Abdul Muththalib -paman Rasulullah SAW yang telah memeluk islam terlebih dahulu- bertanya kepada para sahabat, "Ada apa gerangan kalian ?." Mereka menjawab, "Umar." Dia berkata, "Lalu ada apa dengan Umar ! Bukakan pintu untuknya ! Jika dia datang dengan niat baik, kita akan membantunya akan tetapi jika dia datang dengan niat jahat, kita akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri."

Ketika saat itu, Rasulullah SAW sedang berada di rumah dan menerima wahyu, maka beliau pun keluar menemui Umar di bilik. Beliau mencengkram kerah baju dan gagang pedangnya, lalu menariknya dengan keras seraya bersabda, "Tidakkah engkau berhenti dari tindakanmu, wahai Umar hingga Allah menghinakan engkau dan menimpakan bencana kepadamu sebagaimana yang terjadi terhadap al-Walid bin al-Mughirah ? Ya Allah ! inilah "Umar bin Al-Khaththab" Ya Allah ! muliakanlah Islam dengan Umar bin Al-Khaththab." Setelah itu, Umar Ra. berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan engkau adalah utusan Allah." Dengan demikian dia telah masuk islam, dan disambut dengan pekikan takbir oleh penghuni rumah sehingga terdengar oleh orang-orang yang berada di Masjid al-Haram.

Keislaman Umar ra. menggoncang kalangan kaum musyrikin dan membuat mereka semakin merasa terhina, sementara itu bagi kaum muslimin hal itu menambah 'izzah, kemulian dan kegembiraan. Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, dia berkata, "Tatkala aku sudah masuk islam, aku mengingat-ingat, siapa penduduk Mekkah yang paling kejam terhadap Nabi SAW." Aku berkata, "Pasti Abu Jahal-lah orangnya." Lalu aku datangi dia dan aku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar menyambutku seraya berkata, "Selamat datang ! Ada apa denganmu ?." Kemudian Umar Ra. berkata, "Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad, serta membenarkan apa yang telah dibawanya." Lalu dia membanting pintu dihadapan wajahku seraya berkata, "Semoga Allah menjelekkanmu dan apa yang engkau bawa."  

Setelah memeluk islam, Umar ra. mendapatkan cobaan dari kaum musyrikin. Sampai suatu saat, dalam jumlah besar kaum musyrikin mendatangi rumah Umar ra. dengan tujuan ingin membunuhnya. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dia berkata, "Saat Umar berada dalam rumahnya dalam kondisi cemas, datanglah al' Ash bin Wail as-Sahmiy (yang dikenal Abu 'Amr) dengan memakai mantel dan baju terbuat dari sutera. Dia berasal dari suku Bani Sahm yang merupakan sekutu kami di masa Jahilliyah, kemudian Al-Ash ini yang mencegah kaum musyrikin untuk membunuh Umar ra.

Seperti itulah dampak keislaman Umar ra. terhadap kaum musyrikin, sedangkan terhadap kaum muslimin sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Mujahid dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Aku bertanya kepada Umar, kenapa kamu dijuluki al-Faruq ?." Kemudian Umar berkata, Hamzah masuk islam tiga hari terlebih dahulu dariku -selanjutnya dia menceritakan kisah keislamannya, dan diakhirnya dia berkata- lalu aku berkata (saat aku sudah masuk islam), "Wahai Rasulullah ! Bukankah kita berada di atas kebenaran; mati ataupun hidup ?." Nabi SAW menjawab, "Tentu saja ! Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran; mati ataupun hidup." Lalu aku berkata, "Lantas untuk apa kita bersembunyi ? Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sungguh kita harus keluar (menampakkan diri)." Lalu kami membawa beliau keluar, kami terbagi dalam dua barisan; salah satunya dipimpin oleh Hamzah dan yang lainnya. dipimpin olehku. Deru debu yang diakibatkannya bagaikan ceceran tepung. Akhirnya kami memasuki al-Masjid al-Haram. Kemudian kaum Quraysi menoleh ke arahku dan Hamzah; mereka tampak diliputi kesedihan yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Sejak saat itulah, Rasulullah SAW menamaiku "al-Faruq".

Selain itu, dampak positif keislaman Umar ra. bagi kaum muslim dapat dirasakan pula dari perkataan yang sering dilontarkan Ibnu Mas'ud, "Sebelumnya, kami tak berani melakukan shalat di sisi Ka'bah hingga Umar masuk islam."

Demikianlah kisah keislaman Umar ra. semoga kisah yang ditulis ini dapat memberikan informasi dan wawasan kita terhadap sosok Umar bin Al-Khaththab ra., bagaimana proses awal masuk islam dan dampak terhadap kaum muslimin ketika Umar ra. menyatakan secara terang-terangan kepada kaum Quraisy bahwa dia telah memeluk agama islam. Di sisi lain, banyak pelajaran yang dapat kita raih dari kisah tersebut yang mudah-mudahan menambah nilai keimanan kita terhadap Allah SWT.

Sumber :
     Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyurrahman.2005. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir (Terjemahan).Jakarta : Darul Haq.


0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!